Seperti diberitakan VIVAnews, sebelumnya, hari ini pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara resmi mengimplementasikan perangkat lunak sistem informasi manajemen penanggulangan bencana berbasis teknologi open source, yakni Sahana.
"Solusi ini membantu mempercepat pendistribusian dan pengolahan bahan bantuan, dan sangat membantu kemampuan pemerintah RI dalam merespon bencana alam," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Ma'arif, di Kantor BNPB, Jl Ir H Juanda Jakarta, Senin 9 November 2009.
Sahana adalah sistem manajemen penanggulangan bencana open source, yang dikembangkan pertama kali oleh para praktisi TI (universitas maupun perusahaan) dari Srilanka untuk mengatasi musibah tsunami besar yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Nama Sahana sendiri berasal dari Srilanka, yang berarti 'menolong' atau 'meringankan' (dari musibah yang terjadi). Sahana sudah teruji digunakan pada beberapa musibah di berbagai negara, seperti gempa bumi di Pakistan 2005, bencana tanah longsor di Selatan Leyte Filipina, gempa bumi Yogyakarta 2006, gempa Chengdu-Shizuan China 2008, serta gempa Padang.
Aplikasi perangkat lunak ini memungkinkan pemetaan bencana, pendataan korban (baik yang selamat, hilang, korban jiwa, dll), pemetaan kamp pengungsian, inventarisasi kebutuhan di lapangan, katalog bantuan, serta koordinasi aksi, yang semuanya berbasis web.
Mulanya, kata Syamsul, ada beberapa sistem penanggulangan bencana yang dipertimbangkan oleh BNPB, termasuk di antaranya sistem penanggulangan bencana dari Perancis. "Tapi yang dari Perancis agak susah," kata Syamsul. Karena memanfaatkan teknologi open source, BNPB sama sekali tidak mengeluarkan anggaran dana untuk menerapkannya.
"Dengan sistem ini, setidaknya saya ingin bisa memantau sejauh mana kemajuan sebuah program yang sedang dijalankan. Agar bisa lebih transparan, dan yang penting bantuan tak bisa dikorupsi," kata Syamsul. Oleh karenanya, sistem ini akan bisa diakses oleh BPK maupun KPK untuk keperluan audit.
Dalam pengimplementasian sistem Sahana, BNPB dibantu oleh IBM, dan akan menjadikannya sebagai standar sistem informasi manajemen penanggulangan bencana yang terjadi secara nasional.
"BNPB ingin Sahana ini menjadi standar. Karena bila tidak ada standar, semua orang punya sistem sendiri, maka bisa kacau," ujar Presiden Direktur IBM Indonesia Suryo Suwignjo di tempat yang sama.
Kustomisasi modul-modul dilakukan agar aplikasi ini bisa lebih aplikatif untuk kondisi di Indonesia. Menurut Aria Yuda, salah satu tim teknis dari IBM, kustomisasi Sahana untuk BNPB dilakukan hanya dalam waktu 7 hari.
Beberapa penyesuaian yang dilakukan antara lain adanya konversi berbagai jenis satuan dari bantuan yang diberikan, atau penyederhanaan form isian. "Penyederhanaan form kami lakukan agar lebih cocok dengan kondisi di Indonesia," kata Aria.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Priyadi Kardono, sistem ini akan melengkapi aplikasi BNPB lainnya, dari mulai aplikasi pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. "Kita akan mengintegrasikan ke daerah-daerah di tingkat Kabupaten atau Provinsi," katanya.
Untuk menjaga akuntabilitas dan kesahihan datanya, kata Suryo, pemerintah tidak akan memberikan otorisasi setingkat administrator kepada pihak lain, semisal LSM serta organisasi non pemerintahan lainnya. "Akses untuk melihat data diberikan, namun mereka tidak bisa merubah-rubah data yang ada," Suryo menjelaskan.
Namun, kata Aria, teknologi open source yang dimiliki Sahana tetap memberikan ruang dibuatnya semacam versi Wiki dari Sahana BNPB, sehingga setiap orang bisa berkontribusi untuk berbagi informasi, sebelum pada tahap berikutnya, data tersebut diklarifikasi dan dijadikan data resmi yang telah diverifikasi BNPB.
Note: Posting ini juga dalam rangka menyemarakkan acara Genia Fest 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar