19 Desember 2009

Waspadai Treadmil


KOMPAS.com - Treadmill dikerjakan untuk mendiagnosis adanya kelainan jantung, selain melihat perkembangan kondisi jantung setelah kedapatan pernah ada riwayat gangguan. Apa pun tujuan pemeriksaan treadmill, tentu perlu diwaspadai. Tadinya untuk membantu menyelesaikan masalah jantung, malah bisa menjadi korban akiabt melakukannya tanpa cukup cermat mempertimbangkannya terlebih dulu. Di bawah ini contoh kasusnya.

Pak Sut hampir 70 tahun umurnya. Suatu pagi dia melakukan treadmill di rumahnya. Belum sampai beberapa menit, terasa tidak enak di badannya, agak sesak. Perasaan tak enak itu terbawa sampai siang hari.

Dua hari kemudian ia ke rumah sakit, dan dokternya melakukan pemeriksaan treadmill. Belum sampai satu menit, Pak Sut tumbang, masih di atas treadmill, dan nyawanya gagal tertolong. Apa yang terjadi? Jantung pak Sut memang sudah bermasalah jauh hari sebelum kejadian itu, namun ia tak pernah memeriksanya secara teliti.

Pak Sut merasa tidak pernah mengeluh apa pun sehubungan dengan jantungnya, sehingga tidak berpikir jantungnya sudah bermasalah. Dan itu terbukti, pemeriksaan treadmill memicu serangan jantung koroner yang tak terelakkan. Pak Sut sebenarnya beresiko terserang jantung karena lemak darahnya lebih tinggi dari normal.

Belum tentu spesifik
Betul, serangan jantung yang spesifik memang bisa diperikan sebagai nyeri di dada. Rasa nyeri mulai dari seperti tertindih beban berat sampai nyeri tidak enak di dada. Nyerinya menjalar dari dada ke lengan, pundak, leher, dan punggung.

Nyeri dada disertai keringat dingin, mual, sampai muntah, dan tentu sesak napas juga. Namun, tidak setiap nyeri atau rasa tidak enak di dada, jantung penyebabnya. Sayangnya, tidak semua serangan jantung koroner muncul sejenis itu. Adakalanya tidak muncul seperti itu. Mungkin hanya nyeri selintas, dan hanya sesak napas saja.

Namun, melihat sumbatan koroner jantung Pak Sut di atas sudah nyaris total, mestinya serangan koroner sudah pernah terjadi. Serangan koroner mungkin sudah sering terjadi sebelumnya, meski tidak ia sadari.

Buktinya, melakukan kegiatan treadmill, pak Sut sudah tak sanggup. Sebetulnya itu sudah menjadi petunjuk kalau jantungnya memang sudah bermasalah. Mestinya, kalau Pak Sut menceritakan bahwa dua hari sebelumnya ada riwayat tidak enak badan sehabis treadmil di rumah, dokter tidak akan melakukan pemeriksaan treadmill di rumah sakit.

Pemeriksaan treadmill sendiri tidak mengendus kelainan jantung koroner yang belum terlampau luas dan besar. Sumbatan yang masih kecil tidak terdeteksi. Diperlukan pemeriksaan yang lebih detail untuk melihat adanya kelainan koroner di jantung. Dengan MS-CT-Scan (multislices computerizes tomography-scan), sudah bisa jelas melihat kelainan koroner sekecil apa pun.

Narasumber: dr.Handrawan Nadesul, dokter umum, pengasuh berbagai rubrik kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar