19 Desember 2009

Jangan Asal Gendong Tas kalau Masih Sayang Nyawa


KOMPAS.com — Tidak ada peraturan yang melarang menggendong tas sambil mengendarai motor. Betul sekali. "Pengendara boleh saja bawa tas, tapi usahakan dimensinya tidak boleh lebih tinggi dari kepala dan lebarnya melebihi ukuran setang. Dikhawatirkan akan mengganggu handling," urai Rizky Mario, instruktur safety riding dari PT Yamaha Motor Kencana Indonesia.

Namun, tas juga tak bisa disalahkan bila ia menjadi penyebab kecelakaan. Akibat ukuran yang terlalu lebar, tas mengganggu keseimbangan dan konsentrasi pengendara. Bahkan, kelincahan bermanuver ikut berkurang.

Memang, wadah bawaan pengendara terkadang kurang pas, baik bentuk, dimensi maupun desainnya. Ada yang kebesaran, tali kepanjangan, model selempang (di samping), dan digendong di depan.

Untuk jenis tas, yang ideal menurut Kiky—sapaan akrab Rizky—sebaiknya model daypack. Hanya, posisi taruh tas harus di belakang badan, bukan di samping, apalagi di depan. Usahakan agar tas yang digendong jangan membebani punggung, bisa cepat lelah.

Karena itu, pengendara disarankan untuk sering setel tali tas saat sudah duduk di jok. "Setel bodi tas lebih dekat ke permukaan jok agar sewaktu punggung lelah, beban tas bisa disandarkan ke jok," saran Kiky. Selain itu, tali tas jangan terlalu kendur agar pengendara bisa tetap mengontrol kondisi tas bila sewaktu-waktu ada guncangan.

Waspadai Treadmil


KOMPAS.com - Treadmill dikerjakan untuk mendiagnosis adanya kelainan jantung, selain melihat perkembangan kondisi jantung setelah kedapatan pernah ada riwayat gangguan. Apa pun tujuan pemeriksaan treadmill, tentu perlu diwaspadai. Tadinya untuk membantu menyelesaikan masalah jantung, malah bisa menjadi korban akiabt melakukannya tanpa cukup cermat mempertimbangkannya terlebih dulu. Di bawah ini contoh kasusnya.

Pak Sut hampir 70 tahun umurnya. Suatu pagi dia melakukan treadmill di rumahnya. Belum sampai beberapa menit, terasa tidak enak di badannya, agak sesak. Perasaan tak enak itu terbawa sampai siang hari.

Dua hari kemudian ia ke rumah sakit, dan dokternya melakukan pemeriksaan treadmill. Belum sampai satu menit, Pak Sut tumbang, masih di atas treadmill, dan nyawanya gagal tertolong. Apa yang terjadi? Jantung pak Sut memang sudah bermasalah jauh hari sebelum kejadian itu, namun ia tak pernah memeriksanya secara teliti.

Pak Sut merasa tidak pernah mengeluh apa pun sehubungan dengan jantungnya, sehingga tidak berpikir jantungnya sudah bermasalah. Dan itu terbukti, pemeriksaan treadmill memicu serangan jantung koroner yang tak terelakkan. Pak Sut sebenarnya beresiko terserang jantung karena lemak darahnya lebih tinggi dari normal.

Belum tentu spesifik
Betul, serangan jantung yang spesifik memang bisa diperikan sebagai nyeri di dada. Rasa nyeri mulai dari seperti tertindih beban berat sampai nyeri tidak enak di dada. Nyerinya menjalar dari dada ke lengan, pundak, leher, dan punggung.

Nyeri dada disertai keringat dingin, mual, sampai muntah, dan tentu sesak napas juga. Namun, tidak setiap nyeri atau rasa tidak enak di dada, jantung penyebabnya. Sayangnya, tidak semua serangan jantung koroner muncul sejenis itu. Adakalanya tidak muncul seperti itu. Mungkin hanya nyeri selintas, dan hanya sesak napas saja.

Namun, melihat sumbatan koroner jantung Pak Sut di atas sudah nyaris total, mestinya serangan koroner sudah pernah terjadi. Serangan koroner mungkin sudah sering terjadi sebelumnya, meski tidak ia sadari.

Buktinya, melakukan kegiatan treadmill, pak Sut sudah tak sanggup. Sebetulnya itu sudah menjadi petunjuk kalau jantungnya memang sudah bermasalah. Mestinya, kalau Pak Sut menceritakan bahwa dua hari sebelumnya ada riwayat tidak enak badan sehabis treadmil di rumah, dokter tidak akan melakukan pemeriksaan treadmill di rumah sakit.

Pemeriksaan treadmill sendiri tidak mengendus kelainan jantung koroner yang belum terlampau luas dan besar. Sumbatan yang masih kecil tidak terdeteksi. Diperlukan pemeriksaan yang lebih detail untuk melihat adanya kelainan koroner di jantung. Dengan MS-CT-Scan (multislices computerizes tomography-scan), sudah bisa jelas melihat kelainan koroner sekecil apa pun.

Narasumber: dr.Handrawan Nadesul, dokter umum, pengasuh berbagai rubrik kesehatan.

Ubah Word jadi PDF.

Bagi yang sering melakukannya, hal ini merupakan hal yang biasa. Namun bagi yang jarang bermain-main dengan komputer hal ini terkesan sulit. Sulit? sebenarnya tidak juga, namun mungkin karena belum tahu. Lagi-lagi saya menulis hal yang sederhana, kemaren sempat ngobrol dengan seorang teman dan ketika mendownload salah satu file pdf ia nanya bagaimana cara membuatnya. Ok, biar yang belum pernah juga bisa mencoba, berikut saya tuliskan pengalaman saya tentang convert mengconvert file ke pdf.

File yang biasanya saya konversi ke pdf adalah file .doc (dari word) atau .ppt (dari power point). Membuat file pdf adalah mengubah ekstensi .doc atau .ppt menjadi .pdf.

Beberapa alasan mengapa mengubah file menjadi berekstensi pdf antara lain: jika file diubah menjadi .pdf maka file ini akan memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari file .doc atau .ppt. Selain itu dengan mengubahnya ke file pdf maka file tersebut tidak akan bisa dirubah-rubah, kecuali kita konversi lagi ke doc trus baru dirubah dan dikonversi lagi ke pdf, atau di-copy lalu ditulis ulang. Selain itu ada banyak kegunaan jika kita ubah file menjadi pdf seperti untuk file ppt yang telah diubah ke pdf dengan satu halaman 4 slide ppt, maka akan memudahkan kita mencetak dokumen itu, tinggal cetak.

Lalu bagaimana caranya. Sebenarnya banyak sekali caranya, coba saja ketikkan word to pdf di google maka kita akan mendapatkan banyak alternatif software untuk konversi file ini. Kita bisa mendownload salah satu software tersebut dan ikuti petunjuknya maka kita bisa membuat file pdf dari file doc atau ppt yang kita punya. Namun software yang ada itu biasanya hanya trial 30 hari selebihnya beli.

Cara lain adalah, install software acrobat yang meliputi acrobat reader, acrobat distiller dan lain-lain. Kalau kita memiliki dan telah menginstall acrobat profesional 7 atau 8, disitu sudah lengkap satu paket. Software ini juga digunakan untuk membaca file pdf.

Lalu bagaimana jika kita sudah install ?. Oke untuk mengubah file doc ke pdf ikuti langkah berikut :

1.
Buka file doc kita
2.
Klik menu file –> print kemudian untuk printernya pilih Adobe PDF, pilih tempat penyimpanan, lalu klik OK maka kita dah mendapatkan file pdf.
3.
Cari file pdf kita di folder tempat kita menyimpan.

Cara lain jika tidak memiliki acrobat profesional :

1.
Jika anda bisa terhubung ke internet dan sudah memiliki browser seperti internet explorer atau mozilla atau yang lain, gunakan http://www.pdf24.org/en/home.html dengan mengupload file (tekan tombol browse dan pilih file yang akan dikonversi), lalu tuliskan alamat email anda, dan tekan tombol GO, maka anda akan menerima pdf anda melalui email. Jika memilih cara ini, anda tidak perlu menginstall apapun.
2.
Jika anda menggunakan open office, tinggal klik tombol dengan simbol PDF.
3.
Jika tidak ingin cara 1 dan 2, gunakan latex dan convert file anda dengan meng-compile file .tex


Sumber : http://yuhana.wordpress.com/2008/02/13/membuat-file-pdf/